Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum

TRIBUNTRAVEL.COM - Mungkin bagian yang paling mengharukan dari keseluruhan kisah Titanic adalah mendengar kisah dari orang yang selamat.

Bagaimana mereka berada di kapal Titanic dan bagaimana menghindari kematian pada malam 14 April 1912.

Sebut saja kisah Richard Norris Williams II yang berhasil melewati berjam-jam berada di sekoci darurat dengan kaki yang masih terbenam di air es.

Ketika seorang dokter menyuruhnya memeriksa RMS Carpathia , Williams diberitahu harus melakukan amputasi, namun dia menolak.

Williams bertahan melalui rasa sakit dan secara ajaib, kakinya sembuh.

Delapan tahun kemudian, ia memenangkan Kejuaraan Wimbledon 1920 bersama dengan Chuck Garland.

Kisah-kisah lain tidak begitu menggembirakan, seperti kisah Jennie Louise Hansen dari Wisconsin.

Dia berhasil melewati tragedi itu, tetapi sangat terkejut dengan semua yang dia saksikan.

Trauma yang dialami wanita ini bahkan sampai merusak syarafnya.

Hansen dilaporkan tidak mampu lagi menitikkan air mata kala menangis.

Kapal Titanic (thevintagenews.com)

Ada satu kisah dari korban selamat Titanic lainnya yang cukup mengejutkan.

Sayang, saat dirinya menceritakan kisah itu, tak ada yang mempercayainya.

Sepanjang hidupnya, dia dianggap sebagai pembohong besar.

Sampai kematiannya, barulah terungkap semua kisah hidup yang selama ini dianggap bohong ternyata benar.

Berthe Antonine Mayné dikenal sebagai penyanyi kabaret di Brussels.

Foto potret Berthe Antonine Mayne (Madame de Villiers) (www.thevintagenews.com)

Mayné sedang menjalin hubungan dengan Fernand de Villiers, seorang tentara dari Prancis yang sedang menjalankan tugas di Belgia, ketika dia bertemu dengan seorang miliuner Kanada, Quigg Edmond Baxter pada akhir 1911.

Roman mereka rupanya berkembang sangat cepat.

Baxter awalnya seorang pemain hoki.

Pemandangan dari RMS Titanic difoto pada Juni 2004. (thevintagenews.com)

Namun, setelah menderita cedera parah pada satu bagian matanya, Baxter harus berhenti bermain dan menjadi pelatih hoki.

Dia melakukan perjalanan ke Eropa dengan ibu dan saudara perempuannya dan mereka bertiga berencana untuk kembali ke AS dengan RMS Titanic.

Meskipun Baxter dan Mayné telah bertemu satu sama lain selama beberapa bulan, Mayné menjadi teman keempat dalam pelayaran.

Mereka naik kelas pertama dari Cherbourg, Prancis.

RMS Titanic (thevintagenews.com)

Mayné merasa senang karena mendapatkan tiket kelas satu di kapal paling mewah di dunia.

Sayang kebahagiaan keduanya tak berlangsung lama.

Kengerian dimulai ketika Titanic menabrak gunung es sekitar 300 mil tenggara Newfoundland.

Gambar dari Grand Staircase RMS Titanic yang terkenal. Gambar itu ditampilkan dalam buklet promosi 1912 tentang kapal laut yang mewah. (thevintagenews.com)

Ketika kapal laut tiba-tiba berhenti di antah berantah, Baxter mencari tahu apa yang terjadi dan menemukan Kapten Smith dan Bruce Ismay.

Dia mendekati mereka dan kapten itu diduga berkata, "Ada kecelakaan, Baxter, tapi tidak apa-apa."

Kapten Smith kemudian bergegas ke jembatan dan Ismay menyuruh Baxter untuk mengumpulkan keluarganya dan menuju ke sekoci.

Baxter dengan cepat mengusir semua orang keluar dari kabin mereka.

Mayné yang saat itu mengenakan mantel wol panjang di atas gaun tidurnya dikawal ke sekoci nomor 6.

Dia ragu-ragu untuk naik tanpa Baxter.

Wanita itu menyatakan keinginan untuk kembali ke kabin dan mengambil perhiasan yang tertinggal, tetapi keinginannya itu tak terpenuhi.

Kapal itu tenggelam dengan cepat.

Berthe Antonine Mayne (thevintagenews.com)

Ketika sekoci itu diturunkan ke laut yang gelap, Baxter melambaikan tangan kepada kekasihnya, juga kepada saudara perempuan dan ibunya.

Siapa sangka lambaian tangan itu menjadi pertemuan terakhir Mayné dengan Baxter.

Baxter hilang bersama dengan tenggelamnya kapal Titanic.

Mayatnya tak pernah ditemukan sampai sekarang.

Setelah tragedi, Berthe Mayné tetap bersama dengan keluarga Baxter yang sedang berduka, setidaknya untuk sementara waktu.

Dia akhirnya pindah ke Paris, di mana dia melanjutkan karier menyanyinya.

Mayné tidak menikahi siapa pun setelah itu.

Lifeboat diisi dengan korban Titanic (thevintagenews.com)

Setelah pensiun, wanita Belgia itu pindah kembali ke Brussels.

Meskipun dia tidak memiliki suami atau anak, Mayné masih memiliki keponakan dan anggota keluarga dekat lainnya.

Sayang sekali jika tidak ada yang percaya dia telah melakukan perjalanan di Titanic di masa mudanya.

Dia memiliki kisah yang memilukan ini untuk diceritakan, tetapi keluarganya justru menganggapnya sebagai penipu.

Mereka baru percaya setelah kematian Mayné pada 1962 di usia 75 tahun.

Saat sedang memilah-milah barang milik Mayné, keponakannya menemukan kotak sepatu penuh kenangan seperti surat, foto, dan barang-barang pribadi lainnya.

Memorabilia itu menjadi saksi perjalanan naas bibinya di seberang lautan.

Sumber : http://travel.tribunnews.com/2018/07/23/berthe-antonine-mayn-korban-selamat-kapal-titanic-yang-dianggap-pembohong-selama-hidupnya